HAKIKAT KEBENARAN
OLEH NASR HAMID ABU ZAID
KRITIK TEKS
Mungkin dapat dikatakan bahwa mereka yang pandai
menulis dalam menentang logika kekuatan dan cara-cara hegomonik, sebanding
dengan apa yang ia kerjakan dalam membangun kekuatan dan menciptakan otoritasnya.
Kekuatan seorang penulis bias direalisasikan seiring dengan perjalanan
ketenaran namanya dan kejayaan pemikiran atau pengetahuan yang diperdagangkan,
dan dari situ ia menjadi objek bagi para pengkaji dan peneliti serta para
pencari pengetahuan secara umum. Ini merupakan kenyataan yang harus diakui;
berbagai teks dan wacana menjalankan otoritasnya di hadapan pembaca, terlepas
dari kepentingan pengetahuan dan pencerahannya. Ia adalah hakekat kebenaran,
yakni bahwa wacana tentang kebenaran menyembunyikan eksistensinya yang
otoritatif, dibalik fungsi pengetahuannya. Demikian pula setiap pengetahuan
memiliki otoritasnya sendiri-sendiri, setiap teks memiliki kekuatannya sendiri,
begitu juga setiap tokoh besar mempunyai otoritasnya sendiri terhadap akal dan jiwa.
Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan beberapa nama yang menjadi sumber
rujukan di tengah pemikiran Arab, semisal Abed al-jabiri, Hasan Hanafi,
Muhammed Arkoun, Adones, al-Urwi, Shafdi.
Nasr Hamid abu zaid adalah seorang pengkaji khusus
dalam studi al-qur,an, paling tidak dalam masalah ke-qur,anan (qur’aniyyat)
jika derivate kata ini memang tepat. Kajian pertama yang ia lakukan adalah
al-ittijah al-aqli at-tafsir, merupakan kajian tentang persoalan majas di dalam
al-qur’an menurut mu’tazilah, setelah itu falsafat at-ta’wil, yang merupakan
kajian tentang penafsiran al-qur’an menurut Ibnu arabi.
KONSEP
KRITIK: SEBUAH PEMBACAAN PRODUKTIF
Kritik tidak dimaksudkan, sebagaimana yang
dilakukan oleh para kritikus nalar arab-islam, sekarang ini, dalam pengertiannya
yang tradisional, yakni tidak melakukan ktirik terhadap mazhab-mazhab,
aliran-aliran, dan ideology-ideologi atas dasar membeda-bedakan antara yang
sahih dan yang rusak, antara yang benar dan salah, dan atau antara yang ilmiah
dan yang khufarat. Maksudnya adalah kritik dalam artinya yang modern,
sebagaimana yang dijalankan sejak kant sampai perkembangan setelahnya,
khususnya oleh pemikir kontemporer,mulai dari Nietzsche sampai mazhab-mazhab
kritis. Kritik dalam pengertian ini tidak mengkaji pengetahuan dan pemikiran
sebagaimana yang di kaji di dalam apriori-apriori pengetahuan dan syarat-syarat
kemungkinan pemikiran. Ia tidak berusaha menelanjangi kebohongan
periwayatan-periwayatan dan pernyataan-pernyataan, atau berusaha menjelaskan
kerancuan-kerancuan terori-teori, tetapi berusaha menjelaskan
kerancuan-kerancuan dan teori-teori, tetapi berusaha membahas
instituusi-institusi, sturuktur-struktur, dan tradisi=tradisi yang memberikan
peluang bagi terbentuk dan tersebarnya berbagai wacana, muncul dan menghegemoninya
system pengetahuan, dan menguatnya penjelasan-penjelasan ilmiah yang
argumentative. Singkatnya kritik dalam pengerian modern, bahkan paling modern
adalah membaca teks-teks dan eksprementasi-eksprementasi untuk menerobos
ketidak jelasan kemungkinan dan kesimpulannya. Ini merupakan kritik dalam arti ontologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar