Senin, 07 Oktober 2013

ESESNSI KEBENARAN PERSPEKTIF NASR HAMID ABU ZAID



HAKIKAT KEBENARAN
OLEH NASR HAMID ABU ZAID
KRITIK TEKS
Mungkin dapat dikatakan bahwa mereka yang pandai menulis dalam menentang logika kekuatan dan cara-cara hegomonik, sebanding dengan apa yang ia kerjakan dalam membangun kekuatan dan menciptakan otoritasnya. Kekuatan seorang penulis bias direalisasikan seiring dengan perjalanan ketenaran namanya dan kejayaan pemikiran atau pengetahuan yang diperdagangkan, dan dari situ ia menjadi objek bagi para pengkaji dan peneliti serta para pencari pengetahuan secara umum. Ini merupakan kenyataan yang harus diakui; berbagai teks dan wacana menjalankan otoritasnya di hadapan pembaca, terlepas dari kepentingan pengetahuan dan pencerahannya. Ia adalah hakekat kebenaran, yakni bahwa wacana tentang kebenaran menyembunyikan eksistensinya yang otoritatif, dibalik fungsi pengetahuannya. Demikian pula setiap pengetahuan memiliki otoritasnya sendiri-sendiri, setiap teks memiliki kekuatannya sendiri, begitu juga setiap tokoh besar mempunyai otoritasnya sendiri terhadap akal dan jiwa. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan beberapa nama yang menjadi sumber rujukan di tengah pemikiran Arab, semisal Abed al-jabiri, Hasan Hanafi, Muhammed Arkoun, Adones, al-Urwi, Shafdi.
Nasr Hamid abu zaid adalah seorang pengkaji khusus dalam studi al-qur,an, paling tidak dalam masalah ke-qur,anan (qur’aniyyat) jika derivate kata ini memang tepat. Kajian pertama yang ia lakukan adalah al-ittijah al-aqli at-tafsir, merupakan kajian tentang persoalan majas di dalam al-qur’an menurut mu’tazilah, setelah itu falsafat at-ta’wil, yang merupakan kajian tentang penafsiran al-qur’an menurut Ibnu arabi. 
KONSEP KRITIK: SEBUAH PEMBACAAN PRODUKTIF
Kritik tidak dimaksudkan, sebagaimana yang dilakukan oleh para kritikus nalar arab-islam, sekarang ini, dalam pengertiannya yang tradisional, yakni tidak melakukan ktirik terhadap mazhab-mazhab, aliran-aliran, dan ideology-ideologi atas dasar membeda-bedakan antara yang sahih dan yang rusak, antara yang benar dan salah, dan atau antara yang ilmiah dan yang khufarat. Maksudnya adalah kritik dalam artinya yang modern, sebagaimana yang dijalankan sejak kant sampai perkembangan setelahnya, khususnya oleh pemikir kontemporer,mulai dari Nietzsche sampai mazhab-mazhab kritis. Kritik dalam pengertian ini tidak mengkaji pengetahuan dan pemikiran sebagaimana yang di kaji di dalam apriori-apriori pengetahuan dan syarat-syarat kemungkinan pemikiran. Ia tidak berusaha menelanjangi kebohongan periwayatan-periwayatan dan pernyataan-pernyataan, atau berusaha menjelaskan kerancuan-kerancuan terori-teori, tetapi berusaha menjelaskan kerancuan-kerancuan dan teori-teori, tetapi berusaha membahas instituusi-institusi, sturuktur-struktur, dan tradisi=tradisi yang memberikan peluang bagi terbentuk dan tersebarnya berbagai wacana, muncul dan menghegemoninya system pengetahuan, dan menguatnya penjelasan-penjelasan ilmiah yang argumentative. Singkatnya kritik dalam pengerian modern, bahkan paling modern adalah membaca teks-teks dan eksprementasi-eksprementasi untuk menerobos ketidak jelasan kemungkinan dan kesimpulannya. Ini merupakan kritik dalam arti ontologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar