Rabu, 02 Oktober 2013

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN



  1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan, kunci untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan adalah mutu. Hanya perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau jasa yang bermutu kelas dunia yang dapat memenangkan persaingan global. Total Quality Management merupakan pradigma baru dalam dalam menjalankan bisnis, yang berupaya untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara berkesinambungan atas mutu produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi.
Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu  pendidikan pada setiap jenjang pendidikan dan satuan pendidikan. UNESCO (United Nations Educational Scientific and Culture Organization) 2000 tentang Human Depelopment Indek (HDI), komposisi dari peringkat pencapaian dalam pendidikan, dilaporkan bahwa pada 1999 Indonesia berada peringkat 109 dari 174 negara, tahun berikutnya keadaan kita lebih terpuruk lagi menjadi 114 dari 146 negara. Rendahnya Human Depelopment Indek (HDI) menunjukkan redahnya daya saing bangsa dipercaturan global. The Word Economic Forum (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu turun ke 37 dari 57 negara yang disurvai di dunia, bahkan di kawasan ASEAN, sumber daya manusia (SDM) kita berada pada urutan 7 dari Sembilan Negara, di bawah Vietnam, Negara anggota ASEAN yang dahulu paling terbelakang[1].
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang bemutu, hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen sehingga mutu pendidikan belum dapat dimonitor secara okyektif dan teratur, uji banding mutu pendidikan antar wilayah daerah, antar waktu, dan antar negara belum dapat dilakukan secara teratur sehingga hsil-hasil penilain pendidikan belum berfungsi sebagai serana umpan balik untuk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan, distribusi guru yang tidak merata serta pendayagunaan yang belum efisien belum menghasilkan kinerja guru secara optimal, profesionalisme guru yang masih dirasakan rendah, disebabkan oleh penyiapan guru dan pengelolaan yang masih perlu di tingkatkan.
Dari gambaran diatas, maka dibutuhkan manajemen yang mampu memberdayakan lembaga pendidikan di Indonesia agar bermutu dan siap bersaing dalam percaturan Nasioanl maupun Internasional. Sistem manajemen mutu yang dimaksud adalah sistem yang berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan yang dimaksud adalah pengelola institusi itu sendiri, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pelanggan internal (internal customer) meliputi; guru, staff dan penyelenggra institusi. Sedangkan pelanggan luar (external customer) meliputi mayarakat, pemerintah dan dunia bisnis. Jadi, suatu institusi pendidikan di sebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atas jasa yang diberikannya[2].

  1. Rumusan Masalah
Supaya penulisan ini tidak keluar dari konteks pembahasan, maka dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana Konsep Mutu Menurut Philip Crosby Bayard?
2.      Bagaimana Konsep Mutu Menurut William Edward Deming?
3.      Bagaimana Konsep Mutu Menurut Josep M. Juran?
  1. Tujuan Penulisan
Secara umum penulisan ini bertujuan untuk:
1.      Untuk mengetahui konsep mutu menurut Philip Crosby Bayard
2.      Untuk mengetahui konsep mutu menurut William Edward Deming
3.      Untuk mengetahui konsep mutu menurut Josep M. Juran







Bab II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Manajemen Mutu
Urgensi mutu dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu manajemen operasional dan pemasaran. Dari perspektif manajemen operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing suatu produk yang harus member kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing[3].
Dari perspektif manajemen pemasaran mutu produk ialah salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan. Masalah mutu produk, baik berupa barang atau jasa bagi perusahaan atau industry dan mutu lulusan bagi lembaga pendidikan menjadi satu hal yang sangat penting.
Suatu produk dan lulusan yang bermutu, memungkinkan para pengguna produk dan lulusan dari lembaga pendidikan dapat memperoleh kepuasan. Jika pengguna puas, mereka akan setia menggunakan produk dan lulusan lembaga pendidikan tersebut. Jika para konsumen dari produk dan lulusan institusi pendidikan semakin setia, suatu perusahaan dan lembaga pendidikan akan menjadi komparatif dan kompetitif untuk eksis dan solid dalam berproduksi bagi perusahaan dan dalam menyelenggarakan proses pendidikan bagi institusi pendidikan[4].
Pada mulanya mutu produk ditentukan oleh produsen. Pada perkembangan selanjutnya, mutu produk ditentukan oleh pembeli, dan produsen mengetahuinya bahwa produk itu bermutu bagus yang memang dapat dijual, karena produk tersebut dibutuhkan oleh pembeli dan bukan menjual produk yang dapat diproduksi.
Pengertian mutu yang diambil dari America Society for Quality Control yang mengatakan : Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisty stated of implied needs (Kotler : 1994). Banyak pakar dan organisasi yang mocoba mendefinisikan mutu berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.
Walaupun definisi tersebut tidak ada yang diterima secara universal, tetapi terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen; pertama, kulitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, kedua, mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkunga,  ketiga, mutu merupakan kondisi yang selalu berubah. Ada juga yang berpendapat bahwa Mutu adalah salah satu pokok masalah yang sering salah dipahami dalam bisnis saat ini, walaupun merupakan inti kelangsungan hidup organisasi yang paling besar.
Mutu ditentukan oleh para pelanggan, pertama-tama anda menyetujui apa yang dikehendaki oleh pelanggan. Kemudian anda memproduksi tepat seperti yang dikehendaki oleh mereka dalam jangka waktu yang disetujui, dengan biaya serendah mungkin. Persepektif pelanggan tidak selalu dapat dipenuhi secara tepat oleh perusahaan-perusahaan dari dunia barat. Dalam banyak hal, pesaing-pesaing jepang telah berhasil mendapatkan keuntungan melampui lawan-main mereka yang berasal dari dunia barat, karena mereka memahami bagaimana memuaskan kebutuhan pelanggan mereka[5].
Mutu dalam kamus ilmiah adalah berarti mutu, derajat atau tingkat.[6] Lebih lanjut Tom Peters dan Nancy Austin mengartikan mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri.[7] Di sisi lain mutu dalam konteks TQM (Total Quality Manajemen) adalah  merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan ekternal yang berlebihan[8].
Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Tjiptono (2000), membuat difinisi mutu yang lebih luas cakupannya, yakni mutu merupakan kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan[9]. Tjiptono, mengutip pendapat Deming, bahwa mutu merupakan suatu tingkatan yang dapat diperediksi dari keseragaman dan kebergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.
Definisi mutu menurut ISO (International Standart Organization) 2000 sebagaimana dikutip Erfi Ilyas, mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk (barang dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Adapun menurut Welch Jr[10]. dalam Erfi Ilyas (2001:13), mutu adalah jaminan kesetiaan pelanggan, pertahanan terbaik melawan saingan dari luar, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.

B.       Biografi Philip Crosby Bayard
Sebelum masuk pada hasil pikiran dari tokoh ini terkait dengan konsep manajemen mutu, alangkah baiknya kita mengetahui latar belakang dari tokoh ini. Philip Crosby Bayard lahir pada tanggal 18 Juni 1926 di Wheeling, West Virginia. Dia mengembangkan filosufi mutu tentang manajemen di Martin Marietta pada tahun 1960. Pada 1970-an ia terus menyempurnakan dan sempurna filosufi saat ia bekerja sebagai wakil presiden bertanggung jawab atas mutu di ITT Corporation.
Philip Crosby menjadi seorang guru manajemen mutu dan pada tahun 1979 ia mendirikan. Philip Crosby Associates Incorporated (PCA). Pada tahun yang sama, ia menulis buku yang paling terkenal Mutu nya adalah Free, yang melahirkan gerakan manajemen  mutu di Amerika Serikat. Pada saat itu, dia telah menulis lebih dari empat belas buku. Phillip Crosby meninggal pada tanggal 19 Agustus 2001 di Asheville, Carolina Utara.

1.1.Konsep Mutu Philip Crosby Bayard[11]
Pandangan-pandangan Crosby terkait dengan mutu dirangkum dalam ringkasan yang ia sebut dengan dalil-dalil manajemen mutu:
Mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaraktan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi; bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Meleset sedikit dari persyaratannya, maka suatu produk atau jasa tidak akan bermutu. Persyaratan itu sendiri dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, tehnologi, serta pasar atau persaingan.
Dalam suatu proses pasti ada input dan output[12]. Di dalam proses kerja internal sendiri ada empat kendali input di mana proses pencegahan dapat dilakukan, yaitu:
1.                         Fasilitas dan perlengkapan
2.                         Pelatihan dan pengetahuan
3.                         Prosedur, pedoman atau manual operasi standar, dan pedoman standar mutu
4.                         Standar kinerja atau prestasi.
Di dalam Crosby’s Quality Vaccine terdiri atas tiga unsur, yaitu deternimasi (Determination), pendidikan (Education), dan pelaksanaan (Implementtation). Determinasi adalah suatu sikap dari manajemen untuk tidak menerima proses, produk atau jasa yang tidak memenuhi persyaratan, seperti reject, scrap, lead delivery, wrong shipment, dan lain-lain.
Menurut Croby, setiap perusahaan harus divaksinasi agar memiliki antibodi untuk melawan ketidaksesuaian terhadap persyaratan (Non-conformances). Ketidak sesuaian ini merupakan sebab, sehingga harus dicegah dan dihilangkan. Dalam menyiapkan vaksinasi, suatu perusahaan perlu membuat lima unsur, yaitu:
  1. Integritas
CEO (Chief Executive Officer) harus dapat menjamin bahwa pelanggan menerima apa yang telah dijanjikan, seperti mutu produk/jasa, mutu penyampaian, keamanan, dan lain-lain. COO (Chief Operating Officer) harus memiliki pemikiran bahwa mutu diatas segala-galanya.
  1. Sistem
Sistem adalah serangkaian prosedur dan kegiatan individu di dalam team untuk menjamin mutu. Untuk itu diperlukan pendidikan mutu yang merupakan proses untuk membantu karyawan agar memiliki bahasa yang sama dalam mutu dan mengerti peran mereka dalam upaya peningkatan mutu.
  1. Komunikasi
Setelah memiliki bahasa yang sama, maka komunikasi akan lebih mudah terjalin. Komunikasi ini adalah proses mengirim dan menerima informasi mengenai mutu dan mendukung peningkatan mutu. Semua informasi mengenai usaha peningkatan mutu disampaikan kepada seluruh karyawan.
  1. Operasi
Operasi adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan organisasi untuk menjaga agar tetap berfungsi. Hal ini dilaksanakan dengan mendidik pemasok agar mengirim produk dan jasa sesuai dengan persyaratan. Selain itu prosedur, prodauk dan sistem dikualifikasi dan dibuktikan sebelum pelaksanaan dan dibuktikan sebelum pelaksanaan dan diuji secara terus-menerus.
  1.  Kebijakan pula adanya pernyataan dan pengarahan dari manajemen yang memperjelas di mana mereka berdiri dan menentukan sikap tentang mutu. Kebijakan harus jelas dan tidak ragu-ragu.

1.2.Konsep Crosby Dalam Fourteen Steps To Quality Improvement[13]
            Empat belas langkah untuk perbaikan mutu menurut Crosby terdiri atas:
  1. Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk jangka panjang.
  2. Membentuk tim kualitas antar departemen
  3. Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial
  4. Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan sebagai alat manajemen
  5. Meningkatkan kesadaran kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua karyawan
  6. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah yang telah diidentifikasi
  7. Mengadakan proses zero defect
  8. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas tersebut
  9. Mengadakan zero defect day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar akan adanya arah baru
  10. Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan tim
  11. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas
  12. Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
  13. Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus-menerus
  14. Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir.
C.      Biografi William Edwards Deming
William Edwards Deming Lahir: 14-10-1900 Birthplace: Sioux City, Iowa Tempat lahir: Sioux City, Iowa, Meninggal, 20-12-1993 adalah seorang Amerika statistik , profesor , penulis , dosen , dan konsultan . Dia adalah seorang profesor statistik di New York University ‘s sekolah lulusan administrasi bisnis (1946-1993), dan ia mengajar di Universitas Columbia lulusan  Sekolah bisnis (1988-1993). Dia juga merupakan seorang konsultan untuk bisnis swasta.
Banyak orang yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan TQM (Total Quality Managemen). Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi mutu jepang, yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses statistik (Statistical Process Control). Atas jasanya yang besar bagi industri jepang, maka setiap tahun diberikan penghargaan bernama Deming Prize.

2.1.Konsep Mutu William Edward Deming
Mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus[14]. seperti penerapan kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatannya adalah bottom-up. Deming juga tokoh yang menelurkan prinsip TQM (Total Quality Management) yang dipakai di seluruh dunia hingga sekarang.
            Terkait dengan mutu, Deming membuat siklus (Deming Cycle) untuk menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan. Tahapan-tahapan dalam siklus Deming antara lain:
  1. Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (Plan)
  2. Menghasilkan produk (Do)
  3. Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (Check)
  4. Memasarkan produk (act)
  5. Menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal mutu,biaya, dan criteria lainnya (Analyze)

2.2. Konsep Deming Fourteen Points Dalam Membentuk Mutu
            Empat belas point Deming ini merupakan ringkasan dari keseluruhan pandangan Deming terhadap apa yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melakukan transisi positip dari bisnis sebagaimana biasanya sehingga menjadi bisnis bermutu tingkat dunia. Berikut ringkasan dari Deming’s Fourteen Point:
  1. Ciptakan keajegan  tujuan dalam menuju perbaikan produk.
  2. Adopsilah falsafah baru. Manajemen harus memahami adanya era ekonomi baru dan siap menghadapi tangtangan.
  3. Hentikan ketergantungan pada inpeksi dalam membentuk mutu produk. Bentuklah mutu sejak dari awal.
  4. Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah.
  5.  Perbaiki secara konstan dan terus-menerus system produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, pada gilirannya secara konstan menurunkan biaya.
  6. Lembagakan on the job training.
  7. Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dari kepempinan haruslah untuk membantu orang dan teknologi dapat bekerja dengan lebih baik.
  8. Hapuskan rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif 
  9. Hapuskan didinding pemisah antara departemen sehingga orang dapat bekerja sebagai suatu team.
  10. Hilangkan sloga, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal tersebut dapat menciptakan permusuhan
  11. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran. Gantikan dengan kepemimpinan.
  12. Hilangkan penghalang yang dapat merompak kebanggaan karyawan atas keahliannya
  13. Giatkan program pendidikan dan self-improvement
  14. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk mengerjakannya.

2.3.Konsep Deming Dalam Seven Deadly Diseases
            Deming’s seven deadly diseases ini merupakan merupakan ringkasan dari pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia. Ketujuh faktor tersebut sebagai berikut:
1.      Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang memiliki pasar yang cukup untuk dapat menghantarkan perushaan dalam bisnis dan meyediakan lapangan kerja.
2.      Penekanan pada laba jangka pendek, pemikiran jangka pendek yang didorong ketakutan akan usaha-usaha pengambilan alih dan tekanan dari banker dan pemilik saham untuk menghasilkan dividen
3.      Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen berdasarkan sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut.
4.      Job hopping oleh para manajer
5.      Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahka tidak sama sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui
6.      Biaya medis yang berlebihan
7.      Biaya hutang yang berlebihan, yang karenakan para pengacara yang bekerja berdasarkan tariff kontingensi.

D.      Biograafi Josep M. Juran
Juran lahir dari keluarga Yahudi tahun 1904 di Braila, Rumania, dan kemudian tinggal di Gura Humorului. Pada tahun 1912, ia berimigrasi ke Amerika bersama keluarganya, menetap di Minneapolis, Minnesota . Juran unggul di sekolah, terutama di matematika. Dia adalah seorang catur juara pada usia dini, dan catur di didominasi Western Electric . Juran lulus dari High School Minneapolis Selatan pada tahun 1920.
Pada tahun 1924, dengan gelar sarjana dalam teknik listrik dari Universitas Minnesota. Juran bergabung Barat Electric Hawthorne Works . Pada tahun 1926, ia menikah Sadie Shapiro, dan mereka memiliki empat anak: Charles, Donald, Robert, Sylvia. Mereka telah menikah selama lebih dari 81 tahun ketika ia meninggal pada tahun 2008.

3.1.  Konsep Mutu Josep M. Juran
            Juran mendefinisikan mutu adalah kesesuaian untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya[15]. Pengertian kesesuaian untuk digunakan ini mengandung lima dimensi yaitu:
  1. Mutu desain
  2. Mutu kesesuaian
  3. Ketersediaan
  4. Keamanan
  5. Field use.

3.2. Konsep Juran Theree Basic Steps To Progess Dalam Mutu Yang Berkualitas      
Menurut Juran, tiga langkah dasar merupakan langkah yang harus diambil perusahaan bila mereka ingin mencapai mutu tingkat dunia. Juran juga yakin bahwa ada titik diminishing return dalam hubungan mutu dan daya saing. Ketiga langkah tersebut antara lain:
  1. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
  2. Mengadakan program pelatihan secara luas
  3. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.


3.3. Konsep Juran’s Ten Steps to Quality Improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki mutu menurut Juran meliputi:
  1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakuakan perbaikan.
  2. Menetapkan tujuan perbaikan
  3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
  4. Menyediakan pelatihan
  5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah
  6. Melaporkan perkembangan
  7. Memberikan penghargaan
  8. Mengkomunikasikan hasil-hasil
  9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai
  10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular perusahaan.

3.4. Konsep Juran Dalam “The Juran Trilogy”
The Juran trilogy merupakan ringkasan dari fungsi manajerial yang utama. Pandangan Juran terhadap fungsi-fungsi ini dijelaskan sebagai berikut;
Ø  Perencanaan mutu, perencanaan mutu meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampui harapan pelanggan. Langkah-langkah diatas sebagai berikut:
1)      Menentukan siapa yang menjadi pelanggan
2)      Mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan.
3)      Mengembangkan produk dengan keistipewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
4)      Mengembangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk menghasilkan keistimawaan.
5)      Menyebarkan rencana kepada level opreasional.
Ø  Pengendalian mutu, pengendalian mutu meliputi langkah-langkah berikut:
1)      Menilai kinerja mutu aktual
2)      Membandingkan kinerja dengan tujuan
3)      Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan
Ø  Perbaikan mutu. Perbaikan mutu harus dilakukan secara on going dan terus menerus. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1)      Mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan mutu setiap tahun.
2)      Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan proyek perbaikan.
3)      Membentuk suatu team proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap proyek perbaikan.
4)      Memberikan team-team tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosisi masalah guna menentukan sumber peyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh.

E.       Analisis Terhadap Pemikiran Para Tokoh Mutu Dalam Konteks Menajemen Mutu Pendidikan.
Di sadari atau tidak bahwa tokoh diatas, ketiganya berkonsentarasi dalam industri produksi, namun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa. Memang tidak satupun dari meraka yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu mutu dalam pendidikan. Meskipun dalam medefinikan mutu, mereka berbeda pendapat. Akan tetapi ketiga tokoh tersebut telah memberikan pandangan dan arahan bagi kita bagaimana menciptakan produk yang berkualitas.
Dalam konteks industri, mutu yang baik adalah mutu yang bisa memuaskan pelanggan, pun juga dalam konteks pendidikan mutu yang baik adalah bisa memuaskan pelanggan. Dalam konteks pendikan yang dimaksud pelanggan atau klien di bagi menjadi dua, yakni pelanggan internal (guru, staff, tata usaha dan lain-lain), pelanggan ekternal juga dibagi dua; pertama pelanggan primer (orang yang langsung bersentuhan dengan jasa-jasa pendidikan, yakni peserta didik), kedua pelanggan skunder (pihak-pihak yang tidak langsung terimbas dari layanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah, yakni, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha). Jadi pengertian mutu dalam konteks manajemen pendidikan adalah mencakup input, proses, dan outcome pendidikan[16], yang kemudian menciptakan pendidikan yang berkerakter.
Juga sebaliknya bahwa kegagalan mutu dalam pendidikan sebagaimana pendapat Deming[17] secara umum dalam pendidkan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, system dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staff yang tidak memadai.
Sebab khusus kegagalan mutu dalam pendidikan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak ditaati dan dikuti, atau mungkin kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan kegagalan kominikasi atau kesalah pahaman. Bisa mungkin disebabkan oleh anggota individu staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan.
Untuk mengatasi kegagalan mutu Deming, didalam literatur TQM disebutkan bahwa pengembangan mutu yang berhasil membutuhkan komitmen abadi manajemen. TQM juga menegaskan bahwa komitmen bukan sekedar mendorong usaha orang lain. Dalam istilah praktisnya, komitmen adalah kesadaran manajemen bahwa mereka adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menemukan solusi sebuah kesalahan[18].












Bab III
Kesimpulan
            Dari beberapa difinisi mutu yang telah diuraikan diatas maka bisa diambil kesimpulan bahwa:
1.      Mutu menurut Philip B. Crosby adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaraktan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi; bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Meleset sedikit dari persyaratannya, maka suatu produk atau jasa tidak akan bermutu
2.      Mutu menurut William Edward Deming berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus seperti penerapan kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom. Pendekatannya adalah bottom-up. Deming juga tokoh yang menelurkan prinsip Total Quality Management yang dipakai di seluruh dunia hingga sekarang.
3.      Mutu menurut Joseph M. Juran adalah kesesuaian untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya.















Daftar Pustaka

Dahlan M, (1994) Kamus Ilmiyah Populer, Surabaya: Arkola
Hanafiah Nanang, Suhana Cucu, (2010) Konep STrategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama
Hadis Abdul, Nurhayati, (2010) Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta
Munro-Faure Lesly, Munro-Faure Malcolm, (1999) Implementing tatal Quality management, Jakarta: Kelompok Gramedia.
Peters Tom, Austin Nancy, (1985) A Passions For Excellence
Salis Edward, (2010) Total Quality Manajement in educations,Yogyakarta: Ircisod.
Tjiptono Fandy, Diana Anastasia,(2003) Total Quality Management, Yogyakarta: Andi



[1] Dr.Nanang Hanafiah, M.M.Pd, Drs. Cucu Suhana, M.M.Pd, Konep STrategi Pembelajaran (Bandung:PT Refika Aditama, 2010), 5
[2] Edward Sallis, Total Quality Management In Education (Jogjakarta:Ircisod, cet ix, 2010), 6
[3] Prof. Dr. H. Abdul Hadis, Prof.Dr. Hj. Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2010, 86
[4] Ibid, 87
[5] Lesly Munro-Faure, Malcolm Munro-Faure, Implementing tatal Quality management (Jakarta: Kelompok Gramedia, cet, 2, 1999), 1
[6] M dahlan, Kamus Ilmiyah Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hal 505  
[7] Tom peters dan nancy Austin, A Passions For Excellence, 1985
[8] Edward salis, Total Quality Manajement in educations, (Yogyakarta: Ircisod,  2010),  33.
[9] Dr.Nanang Hanafiah, M.M.Pd, Drs. Cucu Suhana, M.M.Pd, Konep STrategi Pembelajaran (Bandung:PT Refika Aditama, 2010), 81
[10] Ibid, 83
[11] Drs. M.N. Nasution, M.Sc. Menejemen Mutu Terpadu Total Quality Management (Jakarta: Galia Indonesia: 2001), hlm. 15
[12] Fandy Tjiptono& Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi:2003), 57
[13] Ibid, 60
[14] Drs. M.N. Nasution, M.Sc. Menejemen Mutu Terpadu Total Quality Management (Jakarta: Galia Indonesia: 2001), 35
[15] Fandy Tjiptono& Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi:2003), 53
[16]Dr. Hj. Mardiyah, M.Pd, Disampaikan pada perkulihaan Manajemen Mutu Pendidikan Islam, kamis, 29-9-2011
[17] Edward salis, Total Quality Manajement in educations, (Yogyakarta: Ircisod,  2010), 103-104
[18] Ibid, 107

Tidak ada komentar:

Posting Komentar