- Latar Belakang
Dalam era globalisasi
dan liberalisasi perdagangan, kunci untuk meningkatkan daya saing suatu
perusahaan adalah mutu. Hanya perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau
jasa yang bermutu kelas dunia yang dapat memenangkan persaingan global. Total
Quality Management merupakan pradigma baru dalam dalam menjalankan bisnis,
yang berupaya untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
secara berkesinambungan atas mutu produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
organisasi.
Permasalahan pendidikan
yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan dan
satuan pendidikan. UNESCO (United Nations Educational Scientific and Culture
Organization) 2000 tentang Human Depelopment Indek (HDI), komposisi
dari peringkat pencapaian dalam pendidikan, dilaporkan bahwa pada 1999 Indonesia
berada peringkat 109 dari 174 negara, tahun berikutnya keadaan kita lebih
terpuruk lagi menjadi 114 dari 146 negara. Rendahnya Human Depelopment Indek
(HDI) menunjukkan redahnya daya saing bangsa dipercaturan global. The Word
Economic Forum (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu
turun ke 37 dari 57 negara yang disurvai di dunia, bahkan di kawasan ASEAN, sumber
daya manusia (SDM) kita berada pada urutan 7 dari Sembilan Negara, di bawah Vietnam,
Negara anggota ASEAN yang dahulu paling terbelakang[1].
Rendahnya mutu dan
relevansi pendidikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain mutu proses
pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang bemutu,
hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian
yang melembaga dan independen sehingga mutu pendidikan belum dapat dimonitor
secara okyektif dan teratur, uji banding mutu pendidikan antar wilayah daerah,
antar waktu, dan antar negara belum dapat dilakukan secara teratur sehingga
hsil-hasil penilain pendidikan belum berfungsi sebagai serana umpan balik untuk
penyempurnaan proses dan hasil pendidikan, distribusi guru yang tidak merata
serta pendayagunaan yang belum efisien belum menghasilkan kinerja guru secara
optimal, profesionalisme guru yang masih dirasakan rendah, disebabkan oleh
penyiapan guru dan pengelolaan yang masih perlu di tingkatkan.
Dari gambaran diatas,
maka dibutuhkan manajemen yang mampu memberdayakan lembaga pendidikan di
Indonesia agar bermutu dan siap bersaing dalam percaturan Nasioanl maupun Internasional.
Sistem manajemen mutu yang dimaksud adalah sistem yang berlandaskan pada
kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan yang dimaksud adalah
pengelola institusi itu sendiri, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pelanggan
internal (internal customer) meliputi; guru, staff dan penyelenggra
institusi. Sedangkan pelanggan luar (external customer) meliputi
mayarakat, pemerintah dan dunia bisnis. Jadi, suatu institusi pendidikan di
sebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin
kepuasan atas jasa yang diberikannya[2].
- Rumusan Masalah
Supaya
penulisan ini tidak keluar dari konteks pembahasan, maka dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana
Konsep Mutu Menurut Philip Crosby Bayard?
2. Bagaimana
Konsep Mutu Menurut William Edward Deming?
3. Bagaimana
Konsep Mutu Menurut Josep M. Juran?
- Tujuan Penulisan
Secara
umum penulisan ini bertujuan untuk:
1. Untuk
mengetahui konsep mutu menurut Philip Crosby Bayard
2. Untuk
mengetahui konsep mutu menurut William Edward Deming
3. Untuk
mengetahui konsep mutu menurut Josep M. Juran
Bab II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Mutu
Urgensi mutu dapat dilihat dalam dua
perspektif, yaitu manajemen operasional dan pemasaran. Dari perspektif
manajemen operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijakan penting dalam
meningkatkan daya saing suatu produk yang harus member kepuasan kepada konsumen
melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing[3].
Dari perspektif manajemen pemasaran
mutu produk ialah salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran, yaitu produk,
harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan
dan memperluas pangsa pasar perusahaan. Masalah mutu produk, baik berupa barang
atau jasa bagi perusahaan atau industry dan mutu lulusan bagi lembaga
pendidikan menjadi satu hal yang sangat penting.
Suatu produk dan lulusan yang
bermutu, memungkinkan para pengguna produk dan lulusan dari lembaga pendidikan
dapat memperoleh kepuasan. Jika pengguna puas, mereka akan setia menggunakan
produk dan lulusan lembaga pendidikan tersebut. Jika para konsumen dari produk
dan lulusan institusi pendidikan semakin setia, suatu perusahaan dan lembaga
pendidikan akan menjadi komparatif dan kompetitif untuk eksis dan solid dalam
berproduksi bagi perusahaan dan dalam menyelenggarakan proses pendidikan bagi
institusi pendidikan[4].
Pada mulanya mutu produk ditentukan
oleh produsen. Pada perkembangan selanjutnya, mutu produk ditentukan oleh
pembeli, dan produsen mengetahuinya bahwa produk itu bermutu bagus yang memang
dapat dijual, karena produk tersebut dibutuhkan oleh pembeli dan bukan menjual
produk yang dapat diproduksi.
Pengertian mutu yang diambil dari
America Society for Quality Control yang mengatakan : Quality is the
totality of features and characteristics of a product or service that bear on
its ability to satisty stated of implied needs (Kotler : 1994).
Banyak pakar dan organisasi yang mocoba mendefinisikan mutu berdasarkan sudut
pandangnya masing-masing.
Walaupun
definisi tersebut tidak ada yang diterima secara universal, tetapi terdapat
beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen; pertama, kulitas meliputi
usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, kedua, mutu mencakup
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkunga,
ketiga, mutu merupakan kondisi yang selalu berubah. Ada juga yang
berpendapat bahwa Mutu adalah salah satu pokok masalah yang sering salah
dipahami dalam bisnis saat ini, walaupun merupakan inti kelangsungan hidup
organisasi yang paling besar.
Mutu
ditentukan oleh para pelanggan, pertama-tama anda menyetujui apa yang
dikehendaki oleh pelanggan. Kemudian anda memproduksi tepat seperti yang
dikehendaki oleh mereka dalam jangka waktu yang disetujui, dengan biaya
serendah mungkin. Persepektif pelanggan tidak selalu dapat dipenuhi secara
tepat oleh perusahaan-perusahaan dari dunia barat. Dalam banyak hal,
pesaing-pesaing jepang telah berhasil mendapatkan keuntungan melampui lawan-main
mereka yang berasal dari dunia barat, karena mereka memahami bagaimana
memuaskan kebutuhan pelanggan mereka[5].
Mutu
dalam kamus ilmiah adalah berarti mutu, derajat atau tingkat.[6]
Lebih lanjut Tom Peters dan Nancy Austin mengartikan mutu adalah sebuah
hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri.[7]
Di sisi lain mutu dalam konteks TQM (Total Quality Manajemen)
adalah merupakan sebuah filosofi dan
metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur
agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan ekternal yang berlebihan[8].
Goetsch
dan Davis yang dikutip oleh Tjiptono (2000), membuat difinisi mutu yang lebih
luas cakupannya, yakni mutu merupakan kondisi yang dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan[9].
Tjiptono, mengutip pendapat Deming, bahwa mutu merupakan suatu tingkatan yang
dapat diperediksi dari keseragaman dan kebergantungan pada biaya yang rendah
dan sesuai dengan pasar.
Definisi
mutu menurut ISO (International Standart Organization) 2000 sebagaimana
dikutip Erfi Ilyas, mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk (barang
dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dispesifikasikan atau ditetapkan. Adapun menurut Welch Jr[10].
dalam Erfi Ilyas (2001:13), mutu adalah jaminan kesetiaan pelanggan, pertahanan
terbaik melawan saingan dari luar, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan
dan pendapatan yang langgeng.
B. Biografi Philip Crosby Bayard
Sebelum masuk pada hasil pikiran dari tokoh ini terkait
dengan konsep manajemen mutu, alangkah baiknya kita mengetahui latar belakang
dari tokoh ini. Philip Crosby Bayard lahir pada tanggal 18 Juni 1926 di
Wheeling, West Virginia. Dia mengembangkan filosufi mutu tentang manajemen di
Martin Marietta pada tahun 1960. Pada 1970-an ia terus menyempurnakan dan
sempurna filosufi saat ia bekerja sebagai wakil presiden bertanggung jawab atas
mutu di ITT Corporation.
Philip Crosby menjadi seorang guru manajemen mutu dan pada
tahun 1979 ia mendirikan. Philip Crosby Associates Incorporated (PCA).
Pada tahun yang sama, ia menulis buku yang paling terkenal Mutu nya adalah
Free, yang melahirkan gerakan manajemen mutu di Amerika Serikat. Pada saat itu, dia
telah menulis lebih dari empat belas buku. Phillip Crosby meninggal pada tanggal
19 Agustus 2001 di Asheville, Carolina Utara.
1.1.Konsep
Mutu Philip Crosby Bayard[11]
Pandangan-pandangan Crosby terkait
dengan mutu dirangkum dalam ringkasan yang ia sebut dengan dalil-dalil
manajemen mutu:
Mutu adalah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang disyaraktan atau distandarkan. Suatu produk
memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar
mutu meliputi; bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Meleset sedikit dari
persyaratannya, maka suatu produk atau jasa tidak akan bermutu. Persyaratan itu
sendiri dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi,
pemasok dan sumber, pemerintah, tehnologi, serta pasar atau persaingan.
Dalam suatu proses pasti ada input
dan output[12].
Di dalam proses kerja internal sendiri ada empat kendali input di mana proses
pencegahan dapat dilakukan, yaitu:
1.
Fasilitas dan perlengkapan
2.
Pelatihan dan pengetahuan
3.
Prosedur, pedoman atau manual operasi standar, dan pedoman
standar mutu
4.
Standar kinerja atau prestasi.
Di dalam Crosby’s Quality Vaccine
terdiri atas tiga unsur, yaitu deternimasi (Determination), pendidikan (Education),
dan pelaksanaan (Implementtation). Determinasi adalah suatu sikap dari
manajemen untuk tidak menerima proses, produk atau jasa yang tidak memenuhi
persyaratan, seperti reject, scrap, lead delivery, wrong shipment, dan
lain-lain.
Menurut Croby, setiap perusahaan
harus divaksinasi agar memiliki antibodi untuk melawan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan (Non-conformances). Ketidak sesuaian ini merupakan sebab,
sehingga harus dicegah dan dihilangkan. Dalam menyiapkan vaksinasi, suatu
perusahaan perlu membuat lima unsur, yaitu:
- Integritas
CEO
(Chief Executive Officer) harus dapat menjamin bahwa pelanggan menerima
apa yang telah dijanjikan, seperti mutu produk/jasa, mutu penyampaian,
keamanan, dan lain-lain. COO (Chief Operating Officer) harus memiliki
pemikiran bahwa mutu diatas segala-galanya.
- Sistem
Sistem
adalah serangkaian prosedur dan kegiatan individu di dalam team untuk menjamin mutu.
Untuk itu diperlukan pendidikan mutu yang merupakan proses untuk membantu
karyawan agar memiliki bahasa yang sama dalam mutu dan mengerti peran mereka
dalam upaya peningkatan mutu.
- Komunikasi
Setelah
memiliki bahasa yang sama, maka komunikasi akan lebih mudah terjalin.
Komunikasi ini adalah proses mengirim dan menerima informasi mengenai mutu dan
mendukung peningkatan mutu. Semua informasi mengenai usaha peningkatan mutu
disampaikan kepada seluruh karyawan.
- Operasi
Operasi
adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan organisasi untuk menjaga agar tetap
berfungsi. Hal ini dilaksanakan dengan mendidik pemasok agar mengirim produk
dan jasa sesuai dengan persyaratan. Selain itu prosedur, prodauk dan sistem
dikualifikasi dan dibuktikan sebelum pelaksanaan dan dibuktikan sebelum
pelaksanaan dan diuji secara terus-menerus.
- Kebijakan pula adanya pernyataan dan pengarahan dari manajemen yang memperjelas di mana mereka berdiri dan menentukan sikap tentang mutu. Kebijakan harus jelas dan tidak ragu-ragu.
1.2.Konsep Crosby Dalam Fourteen Steps To Quality
Improvement[13]
Empat
belas langkah untuk perbaikan mutu menurut Crosby terdiri atas:
- Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk jangka panjang.
- Membentuk tim kualitas antar departemen
- Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial
- Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan sebagai alat manajemen
- Meningkatkan kesadaran kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua karyawan
- Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah yang telah diidentifikasi
- Mengadakan proses zero defect
- Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas tersebut
- Mengadakan zero defect day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar akan adanya arah baru
- Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan tim
- Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas
- Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
- Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus-menerus
- Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir.
C. Biografi William Edwards
Deming
William Edwards Deming Lahir: 14-10-1900 Tempat
lahir: Sioux City, Iowa, Meninggal, 20-12-1993 adalah
seorang Amerika statistik , profesor , penulis , dosen , dan konsultan . Dia
adalah seorang profesor statistik di New York University ‘s sekolah lulusan
administrasi bisnis (1946-1993), dan ia mengajar di Universitas Columbia
lulusan Sekolah bisnis (1988-1993). Dia
juga merupakan seorang konsultan untuk bisnis swasta.
Banyak orang yang
menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan TQM (Total Quality
Managemen). Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi mutu jepang,
yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan
pengendalian proses statistik (Statistical Process Control). Atas
jasanya yang besar bagi industri jepang, maka setiap tahun diberikan
penghargaan bernama Deming Prize.
2.1.Konsep Mutu William Edward Deming
Mutu berarti pemecahan masalah untuk
mencapai penyempurnaan terus-menerus[14].
seperti penerapan kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu pada Telkom.
Pendekatannya adalah bottom-up. Deming juga tokoh yang menelurkan
prinsip TQM (Total Quality Management) yang dipakai di seluruh dunia
hingga sekarang.
Terkait
dengan mutu, Deming membuat siklus (Deming Cycle) untuk menghubungkan
antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan. Tahapan-tahapan dalam
siklus Deming antara lain:
- Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (Plan)
- Menghasilkan produk (Do)
- Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (Check)
- Memasarkan produk (act)
- Menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal mutu,biaya, dan criteria lainnya (Analyze)
2.2.
Konsep Deming Fourteen Points Dalam Membentuk Mutu
Empat
belas point Deming ini merupakan ringkasan dari keseluruhan pandangan Deming
terhadap apa yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melakukan transisi
positip dari bisnis sebagaimana biasanya sehingga menjadi bisnis bermutu
tingkat dunia. Berikut ringkasan dari Deming’s Fourteen Point:
- Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk.
- Adopsilah falsafah baru. Manajemen harus memahami adanya era ekonomi baru dan siap menghadapi tangtangan.
- Hentikan ketergantungan pada inpeksi dalam membentuk mutu produk. Bentuklah mutu sejak dari awal.
- Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah.
- Perbaiki secara konstan dan terus-menerus system produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, pada gilirannya secara konstan menurunkan biaya.
- Lembagakan on the job training.
- Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dari kepempinan haruslah untuk membantu orang dan teknologi dapat bekerja dengan lebih baik.
- Hapuskan rasa takut sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif
- Hapuskan didinding pemisah antara departemen sehingga orang dapat bekerja sebagai suatu team.
- Hilangkan sloga, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal tersebut dapat menciptakan permusuhan
- Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran. Gantikan dengan kepemimpinan.
- Hilangkan penghalang yang dapat merompak kebanggaan karyawan atas keahliannya
- Giatkan program pendidikan dan self-improvement
- Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk mengerjakannya.
2.3.Konsep Deming Dalam Seven Deadly Diseases
Deming’s seven deadly diseases ini merupakan merupakan
ringkasan dari pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi
transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia. Ketujuh faktor tersebut
sebagai berikut:
1. Kurangnya
keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang memiliki pasar yang
cukup untuk dapat menghantarkan perushaan dalam bisnis dan meyediakan lapangan
kerja.
2. Penekanan
pada laba jangka pendek, pemikiran jangka pendek yang didorong ketakutan akan
usaha-usaha pengambilan alih dan tekanan dari banker dan pemilik saham untuk
menghasilkan dividen
3. Sistem
pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen berdasarkan sasaran tanpa
menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut.
4. Job
hopping oleh para manajer
5. Hanya
menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan keputusan, hanya
memberikan sedikit pertimbangan atau bahka tidak sama sekali terhadap apa yang
tidak diketahui atau tidak dapat diketahui
6. Biaya
medis yang berlebihan
7. Biaya
hutang yang berlebihan, yang karenakan para pengacara yang bekerja berdasarkan
tariff kontingensi.
D. Biograafi Josep M. Juran
Juran lahir dari keluarga Yahudi tahun 1904 di Braila, Rumania, dan kemudian tinggal di Gura Humorului. Pada tahun 1912, ia berimigrasi
ke Amerika bersama keluarganya, menetap di Minneapolis, Minnesota . Juran unggul di
sekolah, terutama di matematika. Dia adalah seorang catur juara pada usia dini, dan catur di didominasi Western Electric . Juran lulus dari High School Minneapolis Selatan
pada tahun 1920.
Pada tahun 1924, dengan gelar sarjana dalam teknik listrik dari Universitas Minnesota. Juran bergabung
Barat Electric Hawthorne Works . Pada tahun 1926, ia menikah
Sadie Shapiro, dan mereka memiliki empat anak: Charles, Donald, Robert, Sylvia.
Mereka telah menikah selama lebih dari 81 tahun ketika ia meninggal pada tahun
2008.
3.1. Konsep
Mutu Josep M. Juran
Juran
mendefinisikan mutu adalah kesesuaian untuk digunakan (fitness for use),
yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi
apa yang diharapkan oleh para pemakainya[15]. Pengertian
kesesuaian untuk digunakan ini mengandung lima dimensi yaitu:
- Mutu desain
- Mutu kesesuaian
- Ketersediaan
- Keamanan
- Field use.
3.2. Konsep Juran Theree Basic Steps To Progess
Dalam Mutu Yang Berkualitas
Menurut Juran, tiga langkah dasar
merupakan langkah yang harus diambil perusahaan bila mereka ingin mencapai mutu
tingkat dunia. Juran juga yakin bahwa ada titik diminishing return dalam
hubungan mutu dan daya saing. Ketiga langkah tersebut antara lain:
- Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
- Mengadakan program pelatihan secara luas
- Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.
3.3. Konsep Juran’s Ten Steps to Quality
Improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki
mutu menurut Juran meliputi:
- Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakuakan perbaikan.
- Menetapkan tujuan perbaikan
- Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
- Menyediakan pelatihan
- Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah
- Melaporkan perkembangan
- Memberikan penghargaan
- Mengkomunikasikan hasil-hasil
- Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai
- Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular perusahaan.
3.4. Konsep Juran Dalam “The Juran Trilogy”
The Juran trilogy merupakan
ringkasan dari fungsi manajerial yang utama. Pandangan Juran terhadap fungsi-fungsi
ini dijelaskan sebagai berikut;
Ø Perencanaan
mutu, perencanaan mutu meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses
yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampui harapan pelanggan. Langkah-langkah
diatas sebagai berikut:
1) Menentukan
siapa yang menjadi pelanggan
2) Mengidentifikasi
kebutuhan para pelanggan.
3) Mengembangkan
produk dengan keistipewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
4) Mengembangkan
sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk menghasilkan keistimawaan.
5) Menyebarkan
rencana kepada level opreasional.
Ø Pengendalian
mutu, pengendalian mutu meliputi langkah-langkah berikut:
1) Menilai
kinerja mutu aktual
2) Membandingkan
kinerja dengan tujuan
3) Bertindak
berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan
Ø Perbaikan
mutu. Perbaikan mutu harus dilakukan secara on going dan terus menerus.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Mengembangkan
infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan mutu setiap tahun.
2) Mengidentifikasi
bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan proyek perbaikan.
3) Membentuk
suatu team proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap proyek
perbaikan.
4) Memberikan
team-team tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosisi masalah
guna menentukan sumber peyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan
pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh.
E. Analisis Terhadap Pemikiran Para Tokoh Mutu Dalam Konteks Menajemen Mutu
Pendidikan.
Di sadari atau tidak bahwa tokoh
diatas, ketiganya berkonsentarasi dalam industri produksi, namun demikian
ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa. Memang tidak satupun
dari meraka yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu mutu dalam pendidikan.
Meskipun dalam medefinikan mutu, mereka berbeda pendapat. Akan tetapi ketiga
tokoh tersebut telah memberikan pandangan dan arahan bagi kita bagaimana
menciptakan produk yang berkualitas.
Dalam konteks industri, mutu yang
baik adalah mutu yang bisa memuaskan pelanggan, pun juga dalam konteks
pendidikan mutu yang baik adalah bisa memuaskan pelanggan. Dalam konteks
pendikan yang dimaksud pelanggan atau klien di bagi menjadi dua, yakni pelanggan
internal (guru, staff, tata usaha dan lain-lain), pelanggan ekternal
juga dibagi dua; pertama pelanggan primer (orang yang langsung bersentuhan
dengan jasa-jasa pendidikan, yakni peserta didik), kedua pelanggan
skunder (pihak-pihak yang tidak langsung terimbas dari layanan pendidikan yang
diberikan oleh sekolah, yakni, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, dan
dunia usaha). Jadi pengertian mutu dalam konteks manajemen pendidikan adalah
mencakup input, proses, dan outcome pendidikan[16], yang
kemudian menciptakan pendidikan yang berkerakter.
Juga sebaliknya bahwa kegagalan
mutu dalam pendidikan sebagaimana pendapat Deming[17] secara
umum dalam pendidkan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain
kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja
yang buruk, system dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang
serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staff yang tidak
memadai.
Sebab khusus kegagalan mutu dalam
pendidikan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak ditaati dan
dikuti, atau mungkin kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan kegagalan
kominikasi atau kesalah pahaman. Bisa mungkin disebabkan oleh anggota individu
staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang guru atau manajer pendidikan.
Untuk mengatasi kegagalan mutu
Deming, didalam literatur TQM disebutkan bahwa pengembangan mutu yang berhasil
membutuhkan komitmen abadi manajemen. TQM juga menegaskan bahwa komitmen bukan
sekedar mendorong usaha orang lain. Dalam istilah praktisnya, komitmen adalah
kesadaran manajemen bahwa mereka adalah pihak yang bertanggung jawab untuk
menemukan solusi sebuah kesalahan[18].
Bab III
Kesimpulan
Dari
beberapa difinisi mutu yang telah diuraikan diatas maka bisa diambil kesimpulan
bahwa:
1.
Mutu menurut
Philip B. Crosby adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan
yang disyaraktan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai
dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi; bahan baku,
proses produksi, dan produk jadi. Meleset sedikit dari persyaratannya, maka
suatu produk atau jasa tidak akan bermutu
2.
Mutu menurut
William Edward Deming berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan
terus-menerus seperti penerapan kaizen di Toyota dan gugus kendali mutu
pada Telkom. Pendekatannya adalah bottom-up. Deming juga tokoh yang menelurkan
prinsip Total Quality Management yang dipakai di seluruh dunia hingga
sekarang.
3.
Mutu menurut Joseph M. Juran adalah kesesuaian untuk digunakan (fitness
for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat
memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya.
Daftar Pustaka
Dahlan M, (1994) Kamus Ilmiyah
Populer, Surabaya: Arkola
Hanafiah Nanang, Suhana Cucu, (2010) Konep
STrategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama
Hadis Abdul, Nurhayati, (2010) Manajemen
Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta
Munro-Faure Lesly, Munro-Faure
Malcolm, (1999) Implementing tatal Quality management, Jakarta: Kelompok
Gramedia.
Peters Tom, Austin Nancy, (1985) A
Passions For Excellence
Salis Edward, (2010) Total Quality
Manajement in educations,Yogyakarta: Ircisod.
Tjiptono Fandy, Diana Anastasia,(2003) Total
Quality Management, Yogyakarta: Andi
[1] Dr.Nanang Hanafiah, M.M.Pd, Drs. Cucu Suhana, M.M.Pd, Konep
STrategi Pembelajaran (Bandung:PT Refika Aditama, 2010), 5
[2] Edward Sallis, Total Quality
Management In Education (Jogjakarta:Ircisod, cet ix, 2010), 6
[3]
Prof. Dr. H. Abdul Hadis, Prof.Dr. Hj. Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan,
Bandung, Alfabeta, 2010, 86
[4]
Ibid, 87
[5] Lesly Munro-Faure, Malcolm
Munro-Faure, Implementing tatal Quality management (Jakarta: Kelompok
Gramedia, cet, 2, 1999), 1
[6] M dahlan, Kamus Ilmiyah
Populer, Arkola, Surabaya, 1994, hal 505
[7] Tom peters dan nancy Austin, A Passions For
Excellence, 1985
[8] Edward salis, Total Quality
Manajement in educations, (Yogyakarta: Ircisod, 2010), 33.
[9] Dr.Nanang Hanafiah, M.M.Pd, Drs. Cucu Suhana, M.M.Pd, Konep
STrategi Pembelajaran (Bandung:PT Refika Aditama, 2010), 81
[10] Ibid, 83
[11] Drs. M.N. Nasution, M.Sc.
Menejemen Mutu Terpadu Total Quality Management (Jakarta: Galia
Indonesia: 2001), hlm. 15
[12] Fandy Tjiptono&
Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi:2003), 57
[13]
Ibid, 60
[14] Drs. M.N. Nasution, M.Sc.
Menejemen Mutu Terpadu Total Quality Management (Jakarta: Galia
Indonesia: 2001), 35
[15]
Fandy Tjiptono& Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta:
Andi:2003), 53
[16]Dr.
Hj. Mardiyah, M.Pd, Disampaikan pada perkulihaan Manajemen Mutu Pendidikan
Islam, kamis, 29-9-2011
[17]
Edward salis, Total
Quality Manajement in educations, (Yogyakarta: Ircisod, 2010), 103-104
[18]
Ibid, 107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar